Dirgantara Online
Minggu, 19 Oktober 2025, Oktober 19, 2025 WIB
Last Updated 2025-10-20T01:25:58Z
Agresi IsraelHeadlineInternasionalPalestina

Israel Serang Gaza di Tengah Gencatan Senjata: 33 Warga Tewas, Termasuk Anak-anak dan Jurnalis

banner 717x904

Alat berat membersihkan puing-puing bangunan yang hancur di Kota Gaza, Selasa (14/10/2025). Foto: Ebrahim Hajjaj/REUTERS

AK47, Gaza –
Suasana yang semula diharapkan tenang oleh warga Gaza di tengah masa gencatan senjata kembali berubah mencekam. Pada Minggu (19/10), langit Jalur Gaza kembali dipenuhi gemuruh ledakan dan cahaya oranye dari serangan udara yang dilancarkan Israel. Serangan itu menewaskan sedikitnya 33 orang, termasuk anak-anak, perempuan, dan seorang jurnalis — angka yang terus bertambah seiring evakuasi korban dari reruntuhan.

Menurut laporan Badan Pertahanan Sipil Gaza, jumlah korban meningkat dari laporan awal sebanyak 21 orang menjadi 33 orang setelah tim penyelamat menemukan jasad baru di antara puing-puing bangunan yang hancur. Badan tersebut, yang beroperasi di bawah otoritas Hamas, menyebut serangan Israel menghantam berbagai titik padat penduduk di wilayah tengah dan utara Gaza.

Serangan di Tengah Gencatan Senjata

Padahal, pada saat yang sama, gencatan senjata masih berlaku  sebuah kesepakatan yang konon ditengahi langsung oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dengan tujuan meredam eskalasi konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas. Namun, kedua pihak kini saling menuduh telah lebih dulu melanggar kesepakatan tersebut.

Militer Israel mengklaim serangan udara yang diluncurkan merupakan "tindakan pertahanan" untuk menghancurkan puluhan target Hamas di Jalur Gaza. Sebaliknya, otoritas Gaza menuding Israel telah melancarkan serangan membabi buta ke permukiman sipil tanpa peringatan.

Rincian Serangan: Ledakan di Tengah Kehidupan Warga

Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal, memaparkan kronologi sejumlah serangan mematikan itu.
Enam warga sipil dilaporkan tewas ketika rudal Israel menghantam Kota Zuwaida, wilayah Gaza tengah, pada Minggu pagi. Serangan itu terjadi di dekat area pemukiman padat, saat banyak warga baru saja kembali dari pasar.

Tak lama berselang, dua serangan terpisah terjadi di Nuseirat, juga di Gaza tengah. Ledakan mengguncang dua lokasi berbeda dalam waktu hampir bersamaan, menewaskan enam orang  termasuk beberapa anak kecil  dan melukai sedikitnya 13 orang lainnya. “Kami masih mengevakuasi korban. Banyak di antara mereka dalam kondisi luka bakar dan trauma berat,” ujar Bassal kepada AFP.

Tenda Pengungsi Tak Luput dari Serangan

Di wilayah utara Khan Yunis, tragedi kembali terjadi. Sebuah drone Israel dilaporkan menembakkan rudal ke arah tenda pengungsian di sekitar Kota Asdaa. Serangan itu menewaskan seorang perempuan dan dua anak yang tengah berlindung di dalam tenda. Potongan kain, mainan anak-anak, dan serpihan logam berserakan di lokasi kejadian.

Sementara di bagian barat Kota Zuwaida, dua orang termasuk seorang jurnalis lokal dilaporkan tewas setelah serangan udara menghantam area yang sebelumnya digunakan media setempat untuk meliput dampak perang. Beberapa rekannya mengalami luka-luka.

Serangan lain juga menghantam area Klub Al-Ahli di Nuseirat, yang kini digunakan sebagai pos darurat dan tempat penampungan warga. Dua orang tewas dan sejumlah lainnya terluka akibat serangan tersebut.

Di Jabalia, wilayah utara Gaza, dua warga kembali kehilangan nyawa akibat serangan udara yang melanda kawasan timur kota itu. Bassal menambahkan bahwa masih ada korban yang belum berhasil dievakuasi karena kondisi medan berbahaya dan kurangnya alat berat untuk mengangkat reruntuhan.

Respons Israel dan Kondisi di Lapangan

Pihak militer Israel (IDF) menyatakan bahwa mereka masih memverifikasi laporan mengenai jatuhnya korban sipil. Namun, tak lama setelahnya, IDF mengonfirmasi telah melakukan “serangan tambahan” terhadap apa yang disebutnya sebagai target Hamas di selatan Gaza, yang diklaim menjadi lokasi peluncuran roket dan tempat persembunyian militan.

Sementara itu, rumah sakit-rumah sakit di Gaza kini kewalahan menampung korban luka. Dokter dan perawat bekerja tanpa henti di tengah keterbatasan pasokan listrik dan obat-obatan. “Kami sudah kehabisan tempat tidur dan darah,” ujar seorang dokter di Rumah Sakit Al-Aqsa. “Setiap kali kami berpikir keadaan akan tenang, serangan baru datang lagi.”

Krisis Kemanusiaan Kian Memburuk

Serangan terbaru ini kembali memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza yang sudah berada di ambang kehancuran. Ribuan warga kini hidup berpindah-pindah dari satu tenda ke tenda lain, tanpa jaminan keamanan, makanan, atau air bersih.

Bagi banyak warga Gaza, gencatan senjata kini tak lebih dari harapan kosong. “Kami tak tahu kapan serangan berikutnya datang,” kata seorang warga di Nuseirat yang kehilangan dua anaknya dalam serangan Minggu pagi. “Setiap hari kami hidup di antara doa dan ketakutan.”

(AFP)

#Internasional #AgresiIsrael #Palestina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar